Jenis Film
: Drama
Produser : Lola Amaria
Produksi : Lola Amaria PRODUCTIONS
Sutradara : Lola Amaria
Produksi : Lola Amaria PRODUCTIONS
Sutradara : Lola Amaria
Sutradara:
Negeri Tanpa Jendela disutradarai oleh Lola Amaria, aktris yang mulai menggeluti dunia balik layar yang sebelumnya menyutradarai Minggu Pagi di Victoria Park (2010) yang dibintangi oleh Lola Amaria sendiri dan Titi Sjuman. Minggu Pagi di Victoria Park juga membawa Titi Sjuman memenangi kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik versi Indonesian Movie Awards 2011. Sedangkan, bintang lainnya dalam film tersebut, Ella Hamid mendapatkan penghargaan sebagai Pendatang Baru Wanita Terfavorit dan Fitri Bagus sebagai Pendatang Baru Wanita Terbaik.
Negeri Tanpa Jendela disutradarai oleh Lola Amaria, aktris yang mulai menggeluti dunia balik layar yang sebelumnya menyutradarai Minggu Pagi di Victoria Park (2010) yang dibintangi oleh Lola Amaria sendiri dan Titi Sjuman. Minggu Pagi di Victoria Park juga membawa Titi Sjuman memenangi kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik versi Indonesian Movie Awards 2011. Sedangkan, bintang lainnya dalam film tersebut, Ella Hamid mendapatkan penghargaan sebagai Pendatang Baru Wanita Terfavorit dan Fitri Bagus sebagai Pendatang Baru Wanita Terbaik.
Selain itu, Lola Amaria juga sukses menggarap Sanubari
Jakarta (2012) yang dibintangi oleh Reuben Elishama, dan Pevita Pearce
Pemeran :
Ray Sahetapy, aktor senior yang sebelumnya bermain juga dalam Sepatu Dahlan (2014) dan Runaway (2014);
Teuku Rifnu Wikana, aktor laga yang sebelumnya bermain dalam Bukan Hanya Mata Ketiga (2013) dan Sebelum
Pagi Terulang Kembali (2014);
Kelly Tandiono yang lebih dikenal sebagai top model daripada aktris.
Sinopsis :
Naga (Teuku Rifnu Wikana) tiba-tiba
merasa bahwa hidupnya terlalu menyakitkan. Padahal ia berprofesi sebagai tukang
pijat, yang notabene bekerja untuk menyembuhkan sakit seseorang. Oleh karena
itu, ia datang ke dokter Sangkakala (Landung Simatupang). Ia meminta kepada
dokter sahabatnya itu untuk merusak gendang telinganya agar ia tidak lagi
mendengar suara-suara yang menyakitkan hatinya itu.
Sementara sebuah rencana konspirasi
besar dilakukan oleh Partai Amal Syurga. Sang ketua partai Ustad Etawa (Lukman
Sardi) bekerja sama dengan importir daging domba, berusaha memanipulasi uang
negara untuk keuntungan partainya. Rencana tersebut disusun rapi dengan
berbagai dalih dan aktivitas partai yang selalu memakai symbol-simbol religi
tersebut ternyata berbanding terbalik dengan segala tindak tanduk para petinggi
partainya.
Partai Martobat adalah pengusung
legitimasi politik di negeri itu. Piton (Ray Sahetapy) berambisi besar untuk
menjadi presiden. Untuk itulah ia berusaha mendapatkan dana sebanyak-banyaknya
dengan menggunakan pengaruhnya di parlemen dibantu oleh Joki Ringkik, teman
separtainya yang mati-matian meyakinkan Piton untuk maju ke Pilpres berikutnya.
Piton juga memainkan peran Tikis Queenta (Kelly Tandiono) seorang perempuan
pelobi ulung yang bisa masuk ke semua lini parlemen dan orang-orang partai.
Di balik itu semua, konspirasi dan
rencana busuk kedua partai besar tersebut ternyata sudah dincar oleh Kapak.
Sebuah lembaga pemberantasan korupsi yang memang sudah mencium rekam jejak
kedua partai itu. Di samping itu, aktivitas para petinggi partai juga sudah
terendus oleh seorang host TV9 (TV Nine) bernama Chika Cemani (Jenny Zhang)
yang melakukan investigasi lewat berbagai narasumber.
Piton yang sudah berusaha bermain
bersih, ternyata menghadapi kenyataan ia harus berhadapan dengan Kapak.
Awalnya, ia mengira bahwa Tikis Queenta mempunyai peran. Tetapi belakangan ia
menduga tahu bahwa sang reporter lah yang membocorkan apa yang dilakukannya.
Piton mempunyai hubungan akrab dengan sang reporter.
Telinga Naga lah yang sebenarnya
menangkap semua percakapan dan perbincangan orang-orang itu. Sebagai tukang
pijat, ia mendengar semua pembicaraan orang-orang penting itu, bagaimana mereka
melakukan transaksi busuk, mendengar keluh kesah Piton yang selalu tidak dianggap
pun oleh istrinya sendiri. Percakapan itulah yang membuat Naga muak. Orang
kecil yang sangat mencintai istrinya, tetapi ia terjebak dalam suasana yang
sangat tidak ia inginkan.
Telinga penting bagi cara berpikir dan
kebeningan nurani. Tetapi ia menjadi indra yang menyakitkan ketika mendengar
sebuah kebenaran yang berhadapan dengan nati nurani.
0 komentar:
Posting Komentar